Jumat, 13 Juni 2014

Makam Pahlawan Nasional di Pulau Penyengat


Tanungpinang  – Raja Haji bin Daeng Celak Yang Dipertuam Muda Riau II merupakan pahlawan nasional yang wafat di Teluk Ketapang Malaysia ketika melawan Belanda. Raja Haji lahir pada tahun 1725 di Hulu Riau, Kota Piring. Beliau diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV pada tahun 1777 selama tujuh tahun dan menjadikan Pulau Penyengat sebagai Pulau Penyengat sebagai benteng pertahanan untuk melawan penjajah.
Raja Haji merupakan ayah dari Engku Putri Raja Hamidah yang memegang Regalia kerajaan di Pulau Penyengat. Beliau diberi gelar marhum Teluk Ketapang, namun gelar yang disandangnya ialah Said Fisabilillah karena gugur di jalan Allah, sehingga namanya menjadi Raji Haji Fisabililliah. Raja Haji mempunyai satu kakak beradik yang bernama Raja Lumu yang wafat di negeri Singapura dan dimakamkandi sana.
Konon dahulu Raja Haji Fisabilillah terdapat di Malaysia dan dijaga ketat oleh orang-orang Belanda. Namun secara diam-diam, tulang belulangnya diambil dan dimakamkan di Pulau Penyengat oleh permintaan anaknya sendiri yaitu Yang Dipertuan Muda Riau VI Raja Abdurrahman. Hingga saat ini makam Raja Haji Fisabilillah masih terdapat di Pulau Penyangat. “Kadang kita sering melupakan jasa-jasa para pahlawan kita, bahkan dijadikan tempatmaksiat dan mabuk-mabukkan, ujar Jali (15) pengunjung makam saat ditanya  kemarin, Selasa (27/5).
“Saya sangat berharap kepada masyarakat setempat dan dinas terkait untuk mohon diperhatikan terhadap makam-makam para pahlawan ini agar tidak hanya tinggal nama dan puing-puing bangunan nantinya. Bahkan banyak orang-orang yang mengaku sebagai penjaga makam dengan pakaian yang kurang sopan,” ungkap Rudi selaku penjaga makam.
Selain makam Raja Haji Fisabilillah, juga terdapat makam Raja Ali Haji yang karyanya yang sangat terkenal yaitu “Gurindam 12”. Raja Ali Haji juga merupakan pahlawan nasional Bahasa Inbdonesia. Beliau adalah anak Raja Ahmad yang merupakan anak dari Raja Haji Fisabilillah. Medi, staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang mengatakan, kita akan coba membuat perawatan-perawatan demi menjaga cagar budaya ini, seperti vangkul, parang, sapu, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar